|
Situasi desa wisata Sangliat |
Salah satu tempat yang saya kunjungi saat survey ke Amdasa adalah desa tetangga yang hanya berjarak +/- 3 KM dari desa Amdasa, Desa Wisata Sangliat namanya. Desa ini termasuk desa yang cukup terkenal di Pulau Jamdena ini. Cukup sering dikunjungi oleh turis-turis mancanegara (nah lho, mereka aja bisa tahu saya aja baru tahu hahaha), karena penduduknya memiliki cita rasa seni yang tinggi. Gereja yang dibangun disana murni didesain dan dibangun oleh penduduknya sendiri.
|
Tangga menuju pantai |
Desa Sangliat ini memiliki beberapa objek wisata yang menarik, seperti batu adat (tempat warga desa berkumpul untuk musyawarah desa), tangga tinggi yang cukup curam sebagai akses menuju pantai dari desa, serta gedung Gereja Katolik yang indah walau dibangun dengan material sederhana.
Jarak antara Desa Sangliat dari Desa Amdasa sekitar 2 km, mudah dijangkau dengan berjalan kaki tetapi cukup membuat nafas ngos-ngosan, karena jalan yang dilalui sepanjang 2 km itu menanjak. Saran saya persiapkan minuman yang cukup untuk diperjalanan. Namun, semua kelelahan tersebut akan terbayar saat melihat desa yang asri, damai, indah, bebas polusi, dan penduduknya yang ramah.
|
Batu Adat Desa Sangliat |
Setelah melihat-lihat dan mengambil gambar Gereja dengan kamera handphone, saya melihat batu adat desa dan menuruni tangga curam yang menuju ke pantai (rencananya kembali ke desa Amdasa melalui jalan pantai). Wah, jujur saya hampir membatalkan saat melihat betapa tinggi dan curamnya apalagi tanpa pegangan. Otomatis walau harus ditertawakan oleh dua rekan yang menemani, saya menuruni anak tangganya dengan cara duduk dan turun perlahan-lahan. Setelah sampai ke bawah, kemudian kami menyusuri pantai dan juga melewati hutan bakau kecil untuk pulang ke Desa Amdasa. Dan malamnya, saya tidur dengan cepat dan lelap karena kelelahan hehehe.
No comments:
Post a Comment