Jernihnya air laut Palu dengan latar pegunungan |
Seperti yang sempat pernah saya singgung sedikit pada artikel yang sebelumnya, profesi saya sebagai desainer dan kontraktor menuntut saya sejak tahun kemarin banyak bepergian keluar kota, salah satunya adalah kota Palu di Sulawesi Tengah. Jujur saja, tidak pernah terbayangkan di benak saya untuk bisa menginjakkan kaki di pulau Sulawesi ini. Harga tiket pesawat Jakarta-Palu yang lebih mahal dari pada Jakarta-Singapore, jelas membuat saya akan berpikir berkali-kali jika hanya ingin traveling ke kota ini.Namun kesempatan datangnya sering kali tanpa disangka-sangka, saya mendapatkan proyek mendesain guest house di kota Palu sert melakukan pengawasan secara berkala. Ok, saya gak akan membahas mengenai pekerjaan saya di kota Palu ini, tetapi saya akan memceritakan pengalaman saya berkunjung di kota Palu ini.
Saya biasa menggunakan maskapai Garuda Indonesia untuk pergi ke Palu. Pesawat saya biasanya akan transit sebentar di bandara internasional Sultan Hasanudin, di Maros Makassar, penerbangan Jakarta-Makassar memakan waktu sekitar 2 jam. Transit dilakukan untuk menurunkan penumpang tujuan Makassar dan mengangkut penumpang tujuan Palu dari Makassar, serta untuk pengisian bahan bakar. Transit biasanya hanya 30 menit saja, sehingga saya lebih memilih untuk menunggu di pesawat saja, dan 20 menit lagi waktu yang diperlukan bagi pesawat untuk take off. Penerbangan Makassar-Palu akan ditempuh sekitar kurang dari 1 jam saja. Jadi total jarak tempuh Jakarta-Palu hanya sekitar 3 jam, tanpa menghitung waktu untuk transit. Bandara Mutiara Palu sekarang sudah memiliki gedung terminal yang baru, walaupun belum full operational. Garbarata masih belum difungsikan dan prasarana pendukungnya belum banyak tersedia, tapi ok lah dibanding gedung terminal yang lama.
Pantai Palu |
Kota Palu bagi saya cuacanya sangat panas, dan termasuk kota yang jarang hujan, teman saya yang asli Palu bercanda dengan saya bahwa Palu mengenal dua musim. Musim panas dan musim sangat panas, untuk menjelaskan kepada saya betapa panasnya kota Palu ini. Tapi panasnya kota Palu tidak membuat saya surut untuk menikmati kota yang terletak di teluk ini dan. Dikelilingi oleh perbukitan, sehingga apabila kita berdiri di pantai dan memandang ke arah laut lepas kita masih tetap dapat melihat perbukitan berada dibelakang laut. Sungguh suatu pemandangan alam yang belum pernah saya lihat di tempat lain. Air laut di kota Palu sangat jernih, dengan warna birunya selalu mengundang saya untuk berenang, namun sayang sekali sampai sekarang saya belum menemukan kesempatan untuk merasakan berenang di laut Palu.
Salah satu yang khas Palu selain seafoodnya seperti daerah lainnya di Sulawesi, adalah banyak terdapat warung kopi. Warung kopi menjadi tempat umum masyarakat Palu untuk bersosialisasi dan tentunya sarapan sebelum berangkat bekerja. Saat kita di Palu, setiap jarak beberapa meter bisa kita temui warung kopi ini. Dan warkop-warkop ini sudah cukup modern loh, gak mau kalah dengan warkop modern di Jakarta seperti Starbuck yang menyediakan wifi gratis. Menu yang disediakan di warkop memang tidak banyak, tapi biasanya akan tersedia nasi kuning dengan lauk pauk dan sambal yang enak. Rasanya kalau ke Palu belum nongkrong di warkop rasanya belum afdol hehehe.
No comments:
Post a Comment